Secrets
Nenek tua itu duduk di kursi goyang berwana coklat kesayangannya. Membuka Diary kumal bersampul biru kusam yang selalu dibacanya setiap tanggal 11 Februari, jari-jari keriputnya membuka lembar demi lembar kertas dengan sedikit gemetar membaca perlahan dalam hati kata-kata di dalam diary itu yang sudah lama dihapalnya
1 Agustus
Kemarin aku menginap di rumah sahabatku Alfi, di ranjang besarnya yang berwarna pink cerah itu kami mengobrol sampai malam
“ Friend know how to keep secret” ujarnya kepadaku, kebiasaan kami sejak kelas lima SD, sampai kelas tiga SMP ini adalah bertukar rahasia ketika jam menunjukan pukul dua belas pada waktu acara menginap
“ Ayo Syfa giliranmu yang pertama”
Aku duduk tegak di tempat tidur“ Ehem”Aku membersihkan tenggorokanku, menguatkan diri untuk membuka rahasia yang selama ini aku pendam ke Alfi
“ Ja..jangan marah ya Alfi, sebenarnya aku suka sama mantan pacarmu Dion bahkan semenjak sebelum kalian pacaran, setelah kalian putus pun aku berharap Dion bisa suka sama aku, tapi ternyata dia malah pacaran dengan gadis lain” ujarku menatap lurus-lurus wajah Alfi yang berbaring di sampingku, ia tercengang, mulutnya setengah terbuka
“ Astaga! Dulu aku pernah tanya apa kamu suka sama Dion kan? Ternyata waktu itu kamu berbohong ya?”
Aku menganguk pasrah, Alfi bangkit, dan mengguncang bahuku “ Tapi kali ini kamu tidak suka dengan Jodi kan?”
Aku menggeleng cepat “ Aku tidak suka sama Jodi kok, sumpah!”
Alfi mengikik “ Ekspresi wajahmu lucu sekali kalau gugup” ujarnya di sela-sela tawanya, kami pun lalu tertawa pelan sambil menutup mulut, takut orang-orang rumah Alfi terganggu oleh suara kami
“ Sekarang rahasiamu dong” tagihku pada Alfi yang langsung berdiri, merentangkan tangannya dan berjalan menghampiri poster besar Peter Pan yang ada di depan tempat tidur
“ Bring me Peter Pan, bring me to the neverland” ujarnya
“ Apa maksudnya tuh?” tanyaku tidak mengerti
Seandainya Peter Pan itu ada, aku mau ikut dengannya ke neverland” ujar Alfi lagi
“ Kenapa?”
“ Soalnya di neverland kita tidak pernah akan menjadi dewasa”
“ Tapi neverland itu tidak ada, itu cuma cerita anak-anak, kita kan udah lima belas tahun”
Alfi mendekatiku, ia duduk di sisi tempat tidur “ Aku tidak mau jadi dewasa Syfa, sebentar lagi kita SMA terus kuliah, menikah, punya anak….., aku tidak mau, aku ingin menjadi seperti ini terus, aku bahagia dengan hidupku sekarang”
“ Tapi kita tidak bisa melawan waktu Alfi”
Alfi menggeleng cepat, ia memegang kedua tanganku “ Kehidupan orang dewasa itu rumit, kita akan banyak terluka, aku melihatnya dari keluargaku”
Aku tersenyum lembut kepada sahabatku ini, di rumahnya memang tidak ada orang dewasa yang bisa jadi panutan, orang tuanya setiap hari bertengkar, dan mereka sangat sibuk dengan bisnis masing-masing, kata Alfi sebentar lagi orangtuanya akan berpisah dan ia bingung akan memilih ikut siapa, sedangkan kakak lelakinya drop out dari kuliahnya karena kecanduan narkoba dan sampai sekarang masih ada di panti rehabilitasi
“ Kau harus menghadapinya Alfi, menjadi orang dewasa tidak selamanya menyeramkan, kita bisa menjadi orang dewasa yang bahagia sampai tua” ujarku menyakinkan Alfi yang sepertinya acuh saja dengan kata-kataku
***
26 September
“Friend know how to keep secret” ujar Alfi sambil meremas tanganku di depan cermin buram WC sekolah, sudah dua minggu ini aku melihatnya selalu memuntahkan makanan yang ia makan, katanya itu untuk menghambat pertumbuhannya, ia tidak mau bertambah tinggi dan gemuk, ia suka dengan tubuhnya sekarang. Tapi yang kulihat sekarang ia tidak memiliki tubuh sehatnya yang dulu serta sinar matanya kian hari kian redup, kulitnya semakin pucat seperti daun kering di halaman sekolah kami, aku kasihan padanya, tapi ia memintaku untuk merahasiakan perilakunya ini kepada orang lain
***
Nenek tua itu menghela nafas panjang sebelum melanjutkan membuka lembar selanjutnya, bola matanya yang buram itu mulai berkaca-kaca, ia menaikkan kacamatanya yang melorot
17 Desember
“ Kalau kita mati, banyak orang yang menghadiri pemakaman kita tidak ya?” tanya Alfi sambil tersenyum, aku meringis menatapnya. Bibirku bergetar melihat wajah kurusnya sekarang, lingkaran hitam di matanya
“ Alfi, kok kamu ngomong gitu sih, aku kan jadi takut” ujarku gemetar menahan tangis
“ Dasar penakut, ujar Alfi sambil mengetukkan buku yang ada di sampingnya ke kepalaku “ Aku kan cuma bertanya” ujarnya lagi
“ Habis kau bertanya seolah-olah kau akan mati besok saja” ujarku merajuk
Mata Alfi mengerling kepadaku
“ Kalau aku mati sekarang, aku tidak harus jadi dewasa kan Syfa?”
“ Alfi!!!”
“ Sssttt………., kamu lupa ini perpustakaan” ujarnya setengah berbisik
“ Habis….”
“ Aku cuma bercanda tahu” ujar Alfi gemas
Aku menghela nafas, lega
3 Januari
“ Selamat ulang tahun Alfi” ujarku semangat, sambil menyorongkan kado berpita merah ke hadapannya, tapi ia hanya tersenyum lesu menerimanya
“ Hey, Cheer up Girls!, buka dong kadonya”
“ Hmm…, aku buka di rumah saja, aku lagi malas sekarang”
Senyumku perlahan menghilang dari wajahku, aku bersender di kursiku dan melipat tanganku ke dada, Alfi menoleh ke arahku
“ Aduh, maaf ya. Iya deh aku buka kadonya sekarang” ujar Alfi memelas melihat tampang cemberutku, ia mulai membuka kadoku dan menemukan boneka Panda lucu di dalamnya, Alfi memekik perlahan melihatnya
“ Terima kasih, sahabatku, tidak ada kado darimu yang tidak aku suka” ujarnya sambil memelukku
“ Alfi, aku senang kalau kau juga senang. Ini ulang tahunmu tapi kenapa kamu kelihatannya tidak senang?”
“ Kita sudah lulus SMP, sebentar lagi akan mendaftar ke SMU, umurku sudah enam belas, aku semakin takut…., sebentar lagi aku akan dewasa”
“ Astaga Alfi!!!” jeritku dalam hati, selalu ketakutan yang sama, aku harus segera menyadarkannya, Alfi semakin lama semakin aneh
11 Februari
I don’t know how to keep secret, I open your secret to save you….
Maaf Alfi aku terpaksa bercerita kepada orang tuamu tentang rahasiamu, orang tuamu menangis Alfi, aku juga menangis, kau juga menangis sambil menatap tajam kepadaku dan berkata “ Penghianat!!”
Aku mau kamu sembuh Alfi, maaf aku tidak tahan lagi melihatmu seperti ini terus…….
11 Februari, pukul 21.00
Alfi, kamu dimana sih? Aku menelponmu berkali-kali tidak sekalipun kau angkat, orang tuamu sibuk mencarimu kemana-mana, Alfi kamu dimana….dimana….?
Alfi, kau tidak akan melakukannnya kan? Alfi!!!
Tulisan tadi acak-acakkan mungkin sang penulis terburu-buru dan tulisannya terhenti di satu kata itu
“ Nenek, ayo Lisa antar nenek Ziarah” seorang gadis cantik berambut lurus sebahu menghampiri nenek tua itu dan berlutut di sampingnya, nenek tua itu menganguk pelan dan gadis itu menuntunnya berjalan menuju mobil
Di sebuah pusara dengan tanaman rumput jepang yang tertata rapi di atasnya nenek tua itu duduk bersimpuh, ia memegang nisan putih yang bertuliskan nama orang yang dikasihinya sambil membuka lembar diary kumal itu, tidak ada tulisan kecil yang tertata rapi lagi seperti sebelumnya, di lembar itu hanya tertempel sebuah artikel Koran
Jakarta, Media Post
MALANG, Demikian nasib yang menimpa Syfa (15), siswi SMP ini harus tertabrak kereta ketika hendak menyelamatkan sahabatnya Alfi yang ingin ingin bunuh diri di perlintasan kereta api sekitar pukul 22.00 WIB kemarin (11/2). Korban langsung tewas seketika sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit……….
Kata-kata selanjutnya dalam artikel itu basah oleh butiran-butiran air mata yang jatuh dari kedua mata nenek tua itu
“ Mengapa dengan kehilanganmu dulu aku baru bisa sadar, aku sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bahagia sampai tua sahabatku seperti harapanmu” ujarnya lirih sambil perlahan melihat ke atas, ke langit yang cerah, sesaat kemudian senyum kecil tersungging di bibirnya, ketika melihat awan-awan itu membentuk wajah-wajah yang dikenalinya
“ Bring her Peter Pan, bring her to the neverland” ujarnya lirih
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar