Rabu, 22 Agustus 2012

MISS CUPID - 1


SATU

***

IFY tersenyum lebar di depan kaca. Giginya yang putih dan kecil-kecil berderet rapi. Sambil menyiulkan lagu New York New York-nya Frank Sinatra, jari-jari lincah Ify menyisir rambut cepaknya yang berwarna cokelat tua keemasan.

Sambil terus bersiul-siul sampai bibirnya monyong, jemari mungilnya meraup hair gel dari meja, menyapukan ke rambutnya, dan cling! Rambut cepak trendinya langsung berdiri alias rancung-rancung.

“Fy, lo lama banget sih?” tiba-tiba Cakka, adik cowoknya, sudah berdiri di depan pintu sambil cemberut. Ujung sepatunya mengetuk-ngetuk lantai tak sabar.

Memang seminggu terakhir setiap pagi Ify rutin bersiul sepanjang satu lagu. Kalau belum beres satu lagu, dia nggak bakal berangkat ke sekolah. Alhasil, Cakka yang kebagian telat karena selalu nebeng Ify.

“Ih, sewot! Lo kan udah tau gue selalu-dan-mesti-menjalani rutinitas bersiul satu lagu setiap pagi,” sahut Ify di sela-sela siulannya. “Lagian kan lo yang nebeng gue. Kalo nggak mau nunggu, naek angkot sana,” sambungnya judes.

Cakka mencibir kesal. “Lagian apa gunanya sih, kegiatan siul-siul lo itu?”

Siulan Ify makin kencang. Bibirnya maju sampe tiga sentimeter, pake ada gerimisnya, lagi.

“Latihan otot bibir, tau! Biar seksi,” jawab Ify setelah menyelesaikan bait terakhir lagunya.

“IH!” Cakka bergidik jijik dan buru-buru kabur, menyelamatkan diri sebelum Ify mengeluarkan teori tentang bibir seksi yang pasti dia dapat dari majalah cewek.

“Reseee...! kan lo juga yang bangga kalo bibir gue seksi!” jerit Ify.

Setelah memasukkan HP-nya ke tas, Ify becermin sekali lagi.

“He-he... udah keren,” katanya pada diri sendiri.

Ify melenggang ke ruang makan. Cakka yang dari tadi duduk manis sambil cemberut, membuang napas lega melihat Ify muncul.

“Yuk...” Ify menyambar roti isi telur dari meja dan langsung menuju rak sepatu.

“Ify, kamu makan jangan sambil berdiri gitu dong,” tegur mamanya yang juga sedang sarapan.

“Mama, jangan nasehatin Ify duduk terus makan sekarang, aku bisa telat. Mendingan Mama beliin buku teks lagu-lagu pendek deh buat dia,” gerutu Cakka.

Alis mama mengerut bingung. “Kok gitu?”

“Iya, biar acara siul-siulnya jadi cepet kalo lagunya pendek.”

Mama tersenyum geli mendengar jawaban Cakka.

“Kamu hari ini dapet setoran, ya?” tanya Mama pada Ify yang masih sibuk mengikat tali sepatunya.

“Iya. Kok Mama tau sih?”

“Soalnya kamu nyengir melulu,” ucap Mama sambil menyentil hidung Ify.

Hari ini memang hari Sivia membalas jasa Ify. T-shirt hijau toska bergambar anak ayam yang ia taksir di distro favoritnya. Eh, jasa. Jasa apa yang membuat Sivia dengan senang hati dan sukarela membelikan kaus impian Ify?

Jawabannya : birjod. Biro jodoh. Yap, biro jodoh alias mak comblang.

Entah kapan dan bagaimana ujung-pangkalnya, Ify terkenal sebagai mak comblang canggih dan tokcer. Di SMA Tri Persada, Ify sudah terkenal mulai dari anak kelas satu sampai kelas tiga. Klien-kliennya pun hampir tidak ada yang gagal. Sampai-sampai Ify dapat julukan Miss Cupid. Itu lho, malaikat imut-imut dan hobi bawa panah sama busur, terus dengan senang hati menembakkan panah bermata cintanya langsung ke hati sepasang manusia.

Pokoknya yang dicomblangi Ify pasti jadian. Kalau putus, ya salah mereka sendiri. Intinya, tugas Ify membuat mereka jadian. Ify juga tidak sembarangan menerima misi. Katanya, Ify punya bakat melihat kans kliennya, kira-kira bisa jadi atau nggak. Tidak jarang Ify menolak kliennya karena dia melihat tidak ada kemungkinan untuk berhasil. Pokoknya, predikat Miss Cupid itu pas banget deh buat Ify!

Tapi dia juga dengan senang hati menerima misi Acha, teman sebangkunya waktu kelas satu. Acha itu biasa aja. Cewek kutu buku, berkacamata minus, penampilannya juga jauh dari modis. Acha itu baik hati, sabar, ramah, dan sebenarnya manis itu, curhat pada Ify. Dia naksir Ozy. Anak kelas sebelah yang superpinter dan juga superkeren. Dia ini salah satu cowok ngetop di sekolah. Dengan kepiawaiannya membaca situasi, Ify berhasil membuat Acha jadian sama Ozy. Dan mereka masih pacaran sampai sekarang, saat hampir kenaikan kelas tiga.

Keberhasilan kasus Acha ini menggemparkan seisi sekolah. Ozy sama Acha! Berkat Ify. Mungkin itu awal mulanya Ify menjadi supertenar.

Oh ya, kembali ke hari ini. Hari ini Sivia sudah janji membawa T-shirt yang ia janjikan ke sekolah. Misi Ify berhasil lagi. Semalam Deva menyatakan cintanya pada Sivia. Berkat campur tangan Ify, tentunya.

“Oke deh, Mam, aku cabs dul, ya? Nih, wayang orang udah nebeng brisik banget sih.”

“Yeee... kalo nggak terpaksa banget mah malessss.” Cakka menjulurkan lidahnya.

Mama cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya. “Udah, sana berangkat.”

Ify dan Cakka mencium tangan Mama.

***

Honda Jazz kuning Ify diparkir di bawah pohon mangga favoritnya yang teduh dan banyak buahnya. Dilahapnya potongan terakhir roti isi telur yang ia bawa dari rumah, lalu bergegas turun dengan senyum sumringah. Siapa sih yang nggak sumringah menyongsong rezeki pada pagi hari. Betul kata orang-orang tua, jangan bangun kesiangan. Nanti rezekinya dipatok ayam.

“Pagi, Pak Oniiiiiiiii...” Dengan semangat ’45 Ify menyapa Pak Oni, tukang parkir sekolahnya. Pak Oni sedang duduk di kursi kayu di bawah pohon mangga sambil menghirup kopi pahit.

“Eh, Non Ify. Narik setoran ye hari ini?”

Kepala cepak Ify mengangguk-angguk penuh semangat. Tau aja nih, Pak Oni. “Ntar Pak Oni dapet persen deh...”

“Nah... gitu dong, Non. Bapak doain deh kliennya tambah banyak.”

Ify tertawa lebar. “Thank you, Pak Oni. Kalo Pak Oni punya order, saya kasih diskon deh. Siapa tau anak Pak Oni mau cepet naik pelaminan. Hehehe…”

Ify berjalan meninggalkan lapangan parkir. Lagi-lagi sambil bersiur, kali ini lagu dangdut Jatuh Bangun.

“Hei!” tepukan halus di punggungnya hampir membuat Ify terjungkal saking kagetnya. Maklum, bersiul sambil melamun sampai-sampai nadanya agak lebih deket ke keroncong daripada dangdut. Hebat, kan? Bersiul lagu keroncong. Keahlian khusus tuh.

“Gila, kaget gue.” Ify mengelus-elus dadanya kayak nenek-nenek latah kena lemparan petasan.

Di depannya berdiri Shilla. Sobatnya itu nyengir kuda melihat reaksi Ify yang over.

“Sori deh... kok lo jadi jantungan gini sih?” ucap Shilla lembut.

“Lo tuh, yang bikin kaget.”

Shilla tertawa renyah. Serenyah kerupuk udang yang baru digoreng.

Ify menatap sobatnya. Heran, bisa-bisanya dia sobatan sama Shilla padahal mereka begitu berbeda. Shilla tipe cewek idola cowok-cowok. Cantik, tinggi, lemah lembut, sabar, dan bla bla bla... pokoknya memenuhi syarat banget deh.

Ify? Kelihatan dong dari kelakuannya. Kayak cacing kepanasan. Cuek, lincah-tepatnya hiperaktif dan sporty. Tampang Ify sih cute, tapi galak. Jangan sekali-kali minta Ify pelihara rambut panjang. Buat Ify, itu sama aja kayak disuruh melihara tuyul atau jin botol alias mustahil. Harus pake sampo khusus, creambath, hair spa... baru ngebayanginnya aja udah capek!

Cowok-cowok segan deketin Shilla karena dia anggun, mereka segan deketin Ify karena dia galak.

Shilla sih belum pernah tuh butuh bantuan Ify. Iya lah, mau cowok mana aja dia sih tinggal tunjuk. Wong hampir semua cowok di sekolah naksir dia.

Sebulan yang lalu dia baru putus sama kapten voli sekolah, anak kelas 3 IPA3.

“Lo kok pagi-pagi gini udah ceria banget, Fy?” Shilla mengibaskan rambutnya persis iklan sampo.

“Biasaaaa...”

Mereka berdua langsung berjalan beriringan menuju kelas.

Sesampainya disana, Sivia sudah berdiri di depan pintu. Tangannya menenteng kantong karton berlabel distro langganan Ify. Ia langsung tersenyum begitu melihat Ify.

“Ifyyyyy... lo top banget deh. Sumpriiiiit!” jeritnya. Anak-anak lain yang bergerombol di teras depan sambil menunggu bel masuk, langsung sibuk berbisik-bisik melihat aksi Sivia berlari menyongsong Ify dengan gaya India.

“Lo emang tokcer, Fy. Nggak salah gue pilih lo jadi mak comblang gue.” Sivia berjingkrak-jingkrak heboh sambil memeluk Ify.

“Gue...! Mana, mana kaos anak ayam gue?”

Sivia menyerahkan bungkusan di tangannya. “Nih.”

“Merci.” Dengan semangat Ify membuka bungkusan dari Sivia.

Bel berbunyi nyaring. Ify masuk kelas sambil melompat-lompat kecil karena kegirangan.

***

Waktu istirahat Ify menarik Shilla ke toilet. Shilla yang memang dasarnya kelewat lembut alias lambat, kerepotan mengikuti langkah Ify.

“Ngapain sih, Fy? Kebelet pipis?” omel Shilla.

“Gue mau nyoba kaos baru gue.”

Shilla cuma bisa pasrah. Kalau ada maunya, Ify susah dibendung, apalagi waktu kegirangan gini.

“Lo tunggu depan pintu, oke, sista?” Ify menutup pintu bilik kamar mandi.

“Fy?” panggil Shilla dari luar.

“Hm?” sahut Ify dari dalam kamar kecil.

“Lo aneh banget sih? Sibuk aja ngurusin urusan cinta orang-orang, nah lo sendiri nggak cari pacar?” tanya Shilla iseng.

“Hmmm,” Ify bergumam. “Kayaknya gue belum butuh deh sekarang. Lagian profesi gue menguntungkan kok.”

Terdengar krasak-krusuk Ify mengganti baju.

“Tiga bulan lalu gue dapet benda pink dari Prissy. Sebulan lalu dapet tas transparan dari Zevana. Dua minggu lalu dapet dompet mini gambar Snoopy dari Dea. Nah, sekarang dapet T-shirt dari Sivia.”

Pintu kamar kecil terbuka.

“Menguntungkan dooong!?” ujar Ify sambil bergaya di depan Shilla. “Keren nggak, Shill?”

Ify memutar-mutar badannya seperti model kawakan.

“Keren. Pas banget deh, Fy. Lo pesen ke Sivia pake nyebut ukuran segala ya?”

Ify mengedipkan sebelah mata. “Ya dooong. Misi khusus sih. Lo tau kan cowoknya si Via itu judesnya minta ampun.”

Shilla cekikikan. “Dasar. Untung lo nggak disemprot, tau-tau ngajak tu cowok kenalan.”

“Yoi. Malah pertamanya dia sangka gue yang naksir gue. Ih, amit-amit! Judes gitu.”

Ify berjalan masuk kembali ke bilik kamar mandi untuk memakai seragamnya lagi.

“Fy, menurut gue lo perlu juga lho, cari cowok. Masa mak comblang profesional nggak bisa nyomblangin diri sendiri,” ucap Shilla saat Ify di dalam bilik.

“Shilla, Shilla... Mak nggak perlu cowok sekarang. Kalo Mak mau, Mak tinggal ngedip-dip,” sahut Ify sambil meniru suara dukun nenek-nenek. Mereka tertawa keras bersama. “Atau, gue tinggal memanah hati gue sendiri pake panah cupid gue yang canggih itu, terus satu lagi ke hati cowok yang gue incer. Dijamin tokcer. Masa Miss Cupid nggak bisa cari jodoh sendiri, ya nggak?!”

Shilla mengangguk-angguk setuju. Iya juga sih. Buktinya di gambar-gambar yang dia lihat Cupid selalu bermuka ceria dan senyum. Pastinya mereka nggak ada masalah cari jodoh sendiri, dong? Shilla geleng-geleng sendiri. Ngapain sih mikirin begituan?

Di dalam, Ify terdiam sesaat. Ada juga ganjalan hatinya yang sudah lama menyesakkan dada. Apa yang Shilla bilang memang benar. Satu-satunya cowok yang pernah jadi pacarnya cuma Gabriel, itu pun cuma bertahan dua bulan. Gabriel yang posesif tidak tahan dengan sifat Ify yang periang, supel, dan banyak teman.

Ify membuang napas berat. Mungkin hampir semua orang berpikir seperti Shilla.

Ify, si Miss Cupid, gagal cari jodoh buat diri sendiri.

***

Source: MISS CUPID, Mia Arsjad

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar